Sosiologi Antropologi

Banner 468 x 60px

Selasa, 28 Mei 2019

Materi dan Media Konsumtif dan konsumtifisme

0 komentar

 Konsumtif dan konsumtifisme

A.    Pengertian Konsumtif dan konsumtifisme
Menurut Kartodiharjo (1995) menjelaskan bahwa perilaku konsumtifsebagai social ekonomi perkembangannya dipengaruhi oleh faktor kultural,pentingnya peran mode yang mudah menular atau menyebabkan produk-produk tertentu.
Menurut Setiaji (1995) menyatakan bahwa perilakukonsumtif adalah kecenderungan seseorang berperilaku berlebihan dalam membelisesuatu atau membeli secara tidak terencana. Sebagai akibatnya mereka kemudianmembelanjakan uangnya dengan membabi buta dan tidak rasional, sekedar untukmendapatkan barang-barang yang menurut anggapan mereka dapat menjadi symbol keistimewaan.
Menurut Ancok (1995), perilaku konsumtif adalah kecenderungan manusia untuk melakukan konsumsi tiada batas, tidak jarang manusia lebih mementingkan faktor emosi dari pada faktor rasionalnya. Atau lebih mementingkan keinginan dari pada kebutuhan. Manusia tidak lagi membeli barang hanya semata-mata untuk membeli dan mencoba produk, walau sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan produk tersebut. 
Menurut Triyaningsih (2011), perilaku konsumtif merupakan perilaku membeli dan menggunakan barang yang tidak didasarkan atas pertimbangan secara rasional dan memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi sesuatu tanpa batas dimana individu lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan serta ditandai oleh adanya kebutuhan mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal yang paling mewah memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik.
Menurut Engel (2002), perilaku konsumtif merupakan tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.
Menurut Don Slater,1997 (dalam Damsar,2011:113) adalah bagaimana manusia dan aktor sosial dengan kebutuhan yang dimilikinya berhubungan dengan sesuatu (dalam hal ini material, barang simbolik, jasaatau pengalaman) yang dapat memuaskan mereka. Berhubungan dengan sesuatu yang dapat memuaskan mereka dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti, menikmati, menonton, melihat, menghabiskan, mendengar, memperhatikan, dan lainnya.
Menurut Raymond Williams, 1976 (dalam Featherstone, 2005;48), menyatakan bahwasalah satu pemakaian terbaru dari istilah mengonsumsi adalah merusak (todestroy), memakai (toup use), membuang-buang (to waste),dan menghabiskan (to exhaust). Dalam pengertian ini, konsumsi sebagai pembuang-buangan, perbuatan yang berlebih-lebihan dan pengeluaran menunjukkan suatu kondisi paradoksional dalam penekanan produksionis dari masyarakat kapitalis dan sosialis negara yang harus dikontrol dan disalurkan.
B.     Karakteristik konsumtif
Menurut Sumartono (2002), karakteristik perilaku konsumtif adalah sebagai berikut:
  1. Membeli produk karena iming-iming hadiah. Pembelian barang tidak lagi melihat manfaatnya akan tetapi tujuannya hanya untuk mendapatkan hadiah yang ditawarkan. 
  2. Membeli produk karena kemasannya menarik. Individu tertarik untuk membeli suatu barang karena kemasannya yang berbeda dari yang lainnya. Kemasan suatu barang yang menarik dan unik akan membuat seseorang membeli barang tersebut. 
  3. Membeli produk demi menjaga penampilan gengsi. Gengsi membuat individu lebih memilih membeli barang yang dianggap dapat menjaga penampilan diri, dibandingkan dengan membeli barang lain yang lebih dibutuhkan. 
  4. Membeli produk berdasarkan pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat). Konsumen cenderung berperilaku yang ditandakan oleh adanya kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling mewah. 
  5. Membeli produk hanya sekadar menjaga simbol atau status. Individu menganggap barang yang digunakan adalah suatu simbol dari status sosialnya. Dengan membeli suatu produk dapat memberikan simbol status agar kelihatan lebih keren di mata orang lain. 
  6. Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan produk. Individu memakai sebuah barang karena tertarik untuk bisa menjadi seperti model iklan tersebut, ataupun karena model yang diiklankan adalah seorang idola dari pembeli. 
  7. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri. Individu membeli barang atau produk bukan berdasarkan kebutuhan tetapi karena memiliki harga yang mahal untuk menambah kepercayaan dirinya. 
  8. Keinginan mencoba lebih dari dua produk sejenis yang berbeda. Konsumen akan cenderung menggunakan produk dengan jenis yang sama dengan merek yang lain dari produk sebelumnya ia gunakan, meskipun produk tersebut belum habis dipakainya.

C.    Pengertian konsumerisme
Menurut Collin Campbell, Konsumerisme adalah kondisi sosial yang terjadi saat konsumsi menjadi pusat kehidupan banyak orang dan bahkan menjadi tujuan hidup. Ketika semua itu terjadi segala kegiatan hanya berfokus pada pemenuhan konsumsi saja.
Menurut Robert G. Dunn, Konsumerisme merupakan sebuah ideology yang  menarik masyarakat dalam system produksi massal dan merubah pola pandang terhadap konsumsi.
Menurut Zygmut Baumant, Konsumerisme adalah situasi dimana orang membeli barang berbagai barang semata-mata utuk kesenangan membeli, bukan karena memerlukan kebutuhan itu. Menurutnya, hasrat adalah keinginan untuk mengonsumsi.
Menurut Merriam-Webster, Konsumerisme memiliki dua definisi, yang pertama adalah paham yang mempercayai bahwa menghabiskan banyak uang untuk barang dan jasa adalah sesuatu yang baik dan yang kedua adalah aksi untuk perwujudan dari paham pertama.
Menurut Sasateli, Konsumerisme merupakan dampak dari adanya produk kapitalisme.
Menurut Baudrillard, Konsumerisme hadir berakar pada ide tenteang kebahagiaan dan hal inilah yang menjadi acuan dasar tentang masyarakat konsumsi.
D.    Budaya consumer
Menurut Karl Marx, Budaya konsumen merupakan suatu hal yang menarik utnuk dikaji karena terkait dengan budaya pop karena budaya konsumen ini mengacu seperti budaya pop yaitu bersifat massal. Budaya konsumen itu sendiri diciptakan dan ditujukan kepada negara-negara berkembang guna menciptakan sebuah poal hidup masyarakat yang menuju hedonisme. Budaya konsumen itu sendiri terjadi sudah lam dinegara-negara maju dan kini mulai banyak ditinggalkan oleh masyarakat dan khususnya kelas intlektual di negara maju, budaya konsumen banyak dijumpai diamerika karena amerika merupakan negara yang mencetuskannya dengan tujuan terciptanya imperialisme kebudayaan / kebudayaan kapitalis ,serta perubahan kebudayaan yang diukur melalui nilai-nilai materialisme.
Menurut Karl Marx dalam budaya konsumen terdapat tiga macam perspektif:
1.      Pandangan bahwa konsumen dipremiskan dengan ekspansi produk komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat belanja dan konsumsi.
2.      Pandangan bahwa masyarakat mempunyai cara-cara yang berbeda dalam menggunakan benda-benda untuk menciptakan ikatan-ikatan atau perbedaan masyarakat.
3.      Adanya masalah kesenangan emosional untuk konsumsi, mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakan dalam bentuk budaya konsumsi dan tempat-tempat konsumsi tertentu  yang secara beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis.
E.     3 perspektif Featherstone tentang budaya consumer
Featherstone menjelaskan budaya konsumen dengan membaginya ke dalam tiga tipe Chaney, 2006: 67) yaitu sebagai berikut :
a.       Pertama, konsumerisme merupakan tahap tertentu kapitalis.
b.      Kedua, konsumerisme dan konsumsi merupakan persoalan yang lebih sosiologis mengenai relasi benda-benda dan cara melukiskan status. Praktik konsumsi merupakan strategi untuk menciptakan dan membedaan status sosial. Tipe kedua dari konsumsi ini dapat kita lihat dengan munculnya komunitas pengguna barang tertentu, misalnya klub motor merk tertentu.        
c.       Ketiga, Featherstone melihat munculnya kreativitas konsumsi. Kreativitas konsumsi ini terkait dengan estetikasi konsumsi yang pada perkembangan selanjutnya menciptakan mode, estetisasi bentuk, dan gaya hidup.
Featherstone juga membagi tiga perspektif utama budaya konsumsi antara lain yaitu :
a.       Pertama, pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar besaran budaya dalam bentuk barang barang konsumen dan tempat-tempat belanja dan kosumsi.
b.      Kedua, kepuasan berasal dari benda-benda berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu peristiwa yang telah ditentukan di dalamnya kepuasan dan status tergantung pada penunjukkan dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi.
c.       Ketiga, masalah kesenangan emosional untuk kosumsi , mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat tempat kosumsi tertentu yang secara beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenagan estesis. Semakin tumbuh suburnya budaya konsumen yang tidak hanya sekedar menganggap kosumsi sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya problematika namun lebih jauh daripada itu, budaya konsumen juga mempeganruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu barang yang tentunya dikendaliakn oleh kekuasaan media massa, seperti iklan. 
F.     Perilaku konsumen
Menurut Schiffman dan Kanuk [2004]: adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, & bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya.
Menurut, Schiffman & Kanuk: Merupakan studi yang mengkaji bagaimana individu membuat keputusan membelanjakan sumber daya yang tersedia & dimiliki (waktu, uang & usaha) untuk mendapatkan barang atau jasa yang akan dikonsumsi.
Menurut, John C. Mowen & Michael Minor : perilaku konsumen sebagai studi tentang unit pembelian (buying unit) & proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi berbagai produk, jasa & pengalaman serta ide-ide.
G.    2 bentuk konsumen
Menurut Sor, Perilaku konsumen secara umum dibagi menjadi 2 (dua) yaitu perilaku konsumen yang bersifat Rasional dan bersifat Irasional, berikut ciri-cirinya:
Ciri-ciri perilaku konsumen yang bersifat Rasional, diantaranya seperti:
  • Koumen memilih barang yang berdasarkan dengan kebutuhannya.
  • Barang yang dipilih oleh konsumen memberikan manfaat atau kegunaan yang optimal bagi konsumen.
  • Konsumen memilih barang yang kualitasnya terjamin.
  • Konsumen memilih barang yang harganya sesuai kemampuan atau daya belinya.
Ciri-ciri perilaku konsumen yang bersifat Irrasional, diantaranya seperti:
  • Konsumen cepat tertarik dengan iklan ataupun promosi di media cetak maupun media elektronik.
  • Konsumen memiliki barang-barang bermerek yang sudah terkenal atau dikenal luas.
  • Konsumen memilih barang bukan berdasarkan kebutuhannya, melainkan karena gengsi atau prestise.
                
Daftar Pustaka

-          Baudrillard, J (2004). Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta: Kreasi Wacana
-          Featherstone, Mike. (2005). Postmodernisme dan Budaya Konsumen. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
-           Kartodihardjo, S. 1995. Konsumerisme dan Perlindungan Konsumen.Akademika.No. 1. Tahun XIII. Surakarta : Muhammadiyah University Press. Halaman 30-40
-           Schiffman, L. G., & Kanuk, L. L, (2004), Consumer Behavior: Eight Edition. New Jersey: Pearson Prantice Hall
-          http://eprints.ums.ac.id/16919/3/BAB_II.pdf diakses tanggal 16 Mei 2019 Pukul 00:46 WIB
-          https://www.kajianpustaka.com/2018/06/pengertian-aspek-dan-karakteristik-perilaku-konsumtif.html diakses tanggal 16 Mei 2019 Pukul 00:53 WIB
-          http://dosensosiologi.com/pengertian-konsumerisme/ diakses tanggal 16 Mei 2019 Pukul 01:34 WIB
-          https://sosiologibudaya.wordpress.com/2011/05/17/budaya-konsumen/ diakses tanggal 16 Mei 2019 Pukul 01:44 WIB
-          http://catatanhardika.blogspot.com/2014/04/featherstone-konsumsi-menjadi.html diakses tanggal 16 Mei 2019 Pukul 02:15 WIB


           Media yang digunakan dalam materi ini adalah Blogspot. Alamat Blognya adalah Kawanvidanila@blogspot.com

-           

0 komentar:

Posting Komentar