Konsumtif dan konsumtifisme
A. Pengertian Konsumtif dan konsumtifisme
Menurut Kartodiharjo (1995) menjelaskan bahwa perilaku
konsumtifsebagai social ekonomi perkembangannya dipengaruhi oleh faktor
kultural,pentingnya peran mode yang mudah menular atau menyebabkan
produk-produk tertentu.
Menurut Setiaji (1995) menyatakan bahwa perilakukonsumtif
adalah kecenderungan seseorang berperilaku berlebihan dalam membelisesuatu atau
membeli secara tidak terencana. Sebagai akibatnya mereka kemudianmembelanjakan
uangnya dengan membabi buta dan tidak rasional, sekedar untukmendapatkan
barang-barang yang menurut anggapan mereka dapat menjadi symbol keistimewaan.
Menurut Ancok (1995), perilaku konsumtif adalah
kecenderungan manusia untuk melakukan konsumsi tiada batas, tidak jarang
manusia lebih mementingkan faktor emosi dari pada faktor rasionalnya. Atau
lebih mementingkan keinginan dari pada kebutuhan. Manusia tidak lagi membeli
barang hanya semata-mata untuk membeli dan mencoba produk, walau sebenarnya
tidak terlalu dibutuhkan produk tersebut.
Menurut Triyaningsih (2011), perilaku konsumtif
merupakan perilaku membeli dan menggunakan barang yang tidak didasarkan atas
pertimbangan secara rasional dan memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi
sesuatu tanpa batas dimana individu lebih mementingkan faktor keinginan
daripada kebutuhan serta ditandai oleh adanya kebutuhan mewah dan berlebihan,
penggunaan segala hal yang paling mewah memberikan kepuasan dan kenyamanan
fisik.
Menurut Engel (2002), perilaku konsumtif merupakan
tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh
dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan
keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.
Menurut Don Slater,1997 (dalam Damsar,2011:113) adalah bagaimana
manusia dan aktor sosial dengan kebutuhan yang dimilikinya berhubungan dengan
sesuatu (dalam hal ini material, barang simbolik, jasaatau pengalaman) yang
dapat memuaskan mereka. Berhubungan dengan sesuatu yang dapat memuaskan mereka
dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti, menikmati, menonton, melihat,
menghabiskan, mendengar, memperhatikan, dan lainnya.
Menurut Raymond Williams, 1976 (dalam Featherstone, 2005;48),
menyatakan bahwasalah satu pemakaian terbaru dari istilah mengonsumsi adalah
merusak (todestroy), memakai (toup use), membuang-buang (to waste),dan
menghabiskan (to exhaust). Dalam pengertian ini, konsumsi sebagai
pembuang-buangan, perbuatan yang berlebih-lebihan dan pengeluaran menunjukkan
suatu kondisi paradoksional dalam penekanan produksionis dari masyarakat
kapitalis dan sosialis negara yang harus dikontrol dan disalurkan.
B. Karakteristik konsumtif
Menurut
Sumartono (2002), karakteristik perilaku konsumtif adalah sebagai berikut:
- Membeli produk karena iming-iming hadiah. Pembelian barang tidak lagi melihat manfaatnya akan tetapi tujuannya hanya untuk mendapatkan hadiah yang ditawarkan.
- Membeli produk karena kemasannya menarik. Individu tertarik untuk membeli suatu barang karena kemasannya yang berbeda dari yang lainnya. Kemasan suatu barang yang menarik dan unik akan membuat seseorang membeli barang tersebut.
- Membeli produk demi menjaga penampilan gengsi. Gengsi membuat individu lebih memilih membeli barang yang dianggap dapat menjaga penampilan diri, dibandingkan dengan membeli barang lain yang lebih dibutuhkan.
- Membeli produk berdasarkan pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat). Konsumen cenderung berperilaku yang ditandakan oleh adanya kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling mewah.
- Membeli produk hanya sekadar menjaga simbol atau status. Individu menganggap barang yang digunakan adalah suatu simbol dari status sosialnya. Dengan membeli suatu produk dapat memberikan simbol status agar kelihatan lebih keren di mata orang lain.
- Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan produk. Individu memakai sebuah barang karena tertarik untuk bisa menjadi seperti model iklan tersebut, ataupun karena model yang diiklankan adalah seorang idola dari pembeli.
- Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri. Individu membeli barang atau produk bukan berdasarkan kebutuhan tetapi karena memiliki harga yang mahal untuk menambah kepercayaan dirinya.
- Keinginan mencoba lebih dari dua produk sejenis yang berbeda. Konsumen akan cenderung menggunakan produk dengan jenis yang sama dengan merek yang lain dari produk sebelumnya ia gunakan, meskipun produk tersebut belum habis dipakainya.
C. Pengertian konsumerisme
Menurut Collin Campbell, Konsumerisme
adalah kondisi sosial yang terjadi saat konsumsi menjadi pusat kehidupan banyak
orang dan bahkan menjadi tujuan hidup. Ketika semua itu terjadi segala kegiatan
hanya berfokus pada pemenuhan konsumsi saja.
Menurut Robert G. Dunn, Konsumerisme
merupakan sebuah ideology yang menarik masyarakat dalam system produksi
massal dan merubah pola pandang terhadap konsumsi.
Menurut Zygmut Baumant, Konsumerisme
adalah situasi dimana orang membeli barang berbagai barang semata-mata utuk
kesenangan membeli, bukan karena memerlukan kebutuhan itu. Menurutnya, hasrat
adalah keinginan untuk mengonsumsi.
Menurut Merriam-Webster, Konsumerisme
memiliki dua definisi, yang pertama adalah paham yang mempercayai bahwa
menghabiskan banyak uang untuk barang dan jasa adalah sesuatu yang baik dan
yang kedua adalah aksi untuk perwujudan dari paham pertama.
Menurut Sasateli, Konsumerisme
merupakan dampak dari adanya produk kapitalisme.
Menurut Baudrillard, Konsumerisme
hadir berakar pada ide tenteang kebahagiaan dan hal inilah yang menjadi acuan
dasar tentang masyarakat konsumsi.
D. Budaya consumer
Menurut Karl Marx, Budaya konsumen merupakan
suatu hal yang menarik utnuk dikaji karena terkait dengan budaya pop karena
budaya konsumen ini mengacu seperti budaya pop yaitu bersifat massal. Budaya
konsumen itu sendiri diciptakan dan ditujukan kepada negara-negara berkembang
guna menciptakan sebuah poal hidup masyarakat yang menuju hedonisme. Budaya
konsumen itu sendiri terjadi sudah lam dinegara-negara maju dan kini mulai
banyak ditinggalkan oleh masyarakat dan khususnya kelas intlektual di negara
maju, budaya konsumen banyak dijumpai diamerika karena amerika merupakan negara
yang mencetuskannya dengan tujuan terciptanya imperialisme kebudayaan /
kebudayaan kapitalis ,serta perubahan kebudayaan yang diukur melalui
nilai-nilai materialisme.
Menurut Karl Marx dalam budaya konsumen terdapat
tiga macam perspektif:
1. Pandangan
bahwa konsumen dipremiskan dengan ekspansi produk komoditas kapitalis yang
memunculkan akumulasi besar-besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen
dan tempat-tempat belanja dan konsumsi.
2.
Pandangan bahwa masyarakat mempunyai cara-cara yang
berbeda dalam menggunakan benda-benda untuk menciptakan ikatan-ikatan atau
perbedaan masyarakat.
3.
Adanya masalah kesenangan emosional untuk konsumsi,
mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakan dalam bentuk budaya konsumsi dan
tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara beragam memunculkan
kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis.
E. 3 perspektif Featherstone tentang budaya consumer
Featherstone menjelaskan budaya konsumen dengan
membaginya ke dalam tiga tipe Chaney, 2006: 67) yaitu sebagai berikut :
a. Pertama,
konsumerisme merupakan tahap tertentu kapitalis.
b. Kedua,
konsumerisme dan konsumsi merupakan persoalan yang lebih sosiologis mengenai
relasi benda-benda dan cara melukiskan status. Praktik konsumsi merupakan
strategi untuk menciptakan dan membedaan status sosial. Tipe kedua dari
konsumsi ini dapat kita lihat dengan munculnya komunitas pengguna barang
tertentu, misalnya klub motor merk tertentu.
c. Ketiga,
Featherstone melihat munculnya kreativitas konsumsi. Kreativitas konsumsi ini
terkait dengan estetikasi konsumsi yang pada perkembangan selanjutnya
menciptakan mode, estetisasi bentuk, dan gaya hidup.
Featherstone juga membagi tiga
perspektif utama budaya konsumsi
antara lain yaitu :
a. Pertama,
pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan ekspansi produksi komoditas
kapitalis yang memunculkan akumulasi besar besaran budaya dalam bentuk barang
barang konsumen dan tempat-tempat
belanja dan kosumsi.
b. Kedua,
kepuasan berasal dari benda-benda
berhubungan dengan akses benda-benda
yang terstruktur secara sosial dalam suatu peristiwa yang telah ditentukan di
dalamnya kepuasan dan status tergantung pada penunjukkan dan pemeliharaan
perbedaan dalam kondisi inflasi.
c. Ketiga,
masalah kesenangan emosional untuk kosumsi , mimpi-mimpi dan keinginan yang
ditampakkan dalam bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat tempat kosumsi
tertentu yang secara beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta
kesenagan estesis. Semakin tumbuh suburnya
budaya konsumen yang tidak hanya sekedar menganggap kosumsi sebagai sesuatu
yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya problematika namun lebih
jauh daripada itu, budaya konsumen juga mempeganruhi perilaku seseorang untuk
memutuskan pembelian produk suatu barang yang tentunya dikendaliakn oleh
kekuasaan media massa, seperti iklan.
F. Perilaku konsumen
Menurut Schiffman dan Kanuk [2004]: adalah proses
yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi,
& bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa
memenuhi kebutuhannya.
Menurut, Schiffman & Kanuk: Merupakan studi
yang mengkaji bagaimana individu membuat keputusan membelanjakan sumber daya
yang tersedia & dimiliki (waktu, uang & usaha) untuk mendapatkan barang
atau jasa yang akan dikonsumsi.
Menurut,
John C. Mowen & Michael Minor : perilaku konsumen sebagai studi tentang
unit pembelian (buying unit) & proses pertukaran yang melibatkan perolehan,
konsumsi berbagai produk, jasa & pengalaman serta ide-ide.
G. 2 bentuk konsumen
Menurut
Sor, Perilaku konsumen secara umum dibagi menjadi 2 (dua) yaitu perilaku
konsumen yang bersifat Rasional dan bersifat Irasional, berikut ciri-cirinya:
Ciri-ciri perilaku konsumen yang bersifat Rasional,
diantaranya seperti:
- Koumen memilih barang yang berdasarkan dengan kebutuhannya.
- Barang yang dipilih oleh konsumen memberikan manfaat atau kegunaan yang optimal bagi konsumen.
- Konsumen memilih barang yang kualitasnya terjamin.
- Konsumen memilih barang yang harganya sesuai kemampuan atau daya belinya.
Ciri-ciri
perilaku konsumen yang bersifat Irrasional, diantaranya seperti:
- Konsumen cepat tertarik dengan iklan ataupun promosi di media cetak maupun media elektronik.
- Konsumen memiliki barang-barang bermerek yang sudah terkenal atau dikenal luas.
- Konsumen memilih barang bukan berdasarkan kebutuhannya, melainkan karena gengsi atau prestise.
Daftar
Pustaka
-
Baudrillard, J (2004). Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta:
Kreasi Wacana
-
Featherstone, Mike. (2005). Postmodernisme dan Budaya
Konsumen. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
-
Kartodihardjo, S. 1995. Konsumerisme dan Perlindungan Konsumen.Akademika.No.
1. Tahun XIII. Surakarta : Muhammadiyah University Press. Halaman 30-40
-
Schiffman, L. G., & Kanuk, L. L, (2004), Consumer
Behavior: Eight Edition. New Jersey: Pearson Prantice Hall
-
https://www.kajianpustaka.com/2018/06/pengertian-aspek-dan-karakteristik-perilaku-konsumtif.html
diakses tanggal 16 Mei 2019 Pukul 00:53 WIB
-
https://sosiologibudaya.wordpress.com/2011/05/17/budaya-konsumen/
diakses tanggal 16 Mei 2019 Pukul 01:44 WIB
-
http://catatanhardika.blogspot.com/2014/04/featherstone-konsumsi-menjadi.html
diakses tanggal 16 Mei 2019 Pukul 02:15 WIB
- http://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-perilaku-konsumen-dan-menurut-para-ahli-lengkap.html
diakses tanggal 16 Mei 2019 Pukul 02:26 WIB
Media yang digunakan dalam materi ini adalah Blogspot. Alamat Blognya adalah Kawanvidanila@blogspot.com
-
0 komentar:
Posting Komentar