Transformasi Konflik Sosial
A. Pengertian
Transformasi Konflik Sosial
Konsep
ini dipopoulerkan oleh John Paul Lederach. Lederach menggunakan
terminologi transformasi konflik pada tahun 1980’an, setelah mengalami pengalaman
intensif selama berada di Amerika tengah. Konsep ini muncul dari
kekhawatiran dengan beberapa konsep sebelumnya yang menurutnya belum bisa
menjawab permasalahan penyelesaian konflik secara paradigmatik. Ia
menemukan bahwa misalnya konsep resolusi konflik membawa kecemasan
tersendiri dengan bahaya kooptasi yang ditimbulkannya yaitu ke arah yang akan
membawa kekakuan makna konflik dimana orang-orang akan
menjadikannya sebagai isu kepentingan dan legitimasi. Dan ini
menurutnya tidak jelas benar karena resolusi konflik tidak sejalan
dengan advocacy. Resolusi konflik baginya tidak dapat mengantisipasi
perubahan yang akan terjadi sebagai akibat dari resolusi konflik tersebut.
Transformasi
konflik menurut Lederach adalah suatu pemimpian (envision) dan merespon
terhadap pasang surut (ebb) dan gelombang dari konflik sosial sebagai
kesempatan yang diberikan oleh kehidupan untuk menciptakan perubahan proses
sosial yang konstruktif dimana dapat mengurangi kekerasan, meningkatkan
keadilan, dalam interaksi langsung dan struktur sosial, dan merespon masalah
manusia dalam hubungan kemanusiaan.
Transformasi
konflik adalah lebih daripada sekedar tehnik-tehnik yang spesifik. Menurut
lederach tranformasi konflik adalah suatu cara untuk melihat konflik
secara utuh dengan sebaik menyimak. Dalam pendekatan resolusi konflik
menurutnya terkadang para peneliti lebih cenderung untuk melihat secara detail
terfokus kepada kasus-kasus yang terjadi sehingga menghalangi pemikiran melihat
konteks konflik secara utuh. Untuk itu diperlukan suatu cara pandang yang
berbeda.
Yang
dimaksudkan oleh Lederach dengan melihat konflik secara utuh adalah dengan
melihat konflik tidak hanya kasus-kasus konflik yang terjadi dipermukaan tetapi
juga akar-akar konflik yang menjadi pola yang berkelanjutan, dimana jika tidak
diselesaikan akan terjadi kembali. Hal lain yang menarik dari apa yang
dikemukakan oleh Lederach adalah pandangannya tentang perubahan dan konflik.
Baginya perubahan tidak hanya apa yang terjadi sebagai akibat dari efek atau
dampak dari adanya konflik namun perubahan adalah juga suatu proyeksi kondisi
yang kita inginkan ke depan. Dalam pemahaman perubahan, tranformasi
konflik bukanlah alat analisa yang hanya menganalisa perubahan yang telah dan
sedang terjadi namun ia menyediakan suatu kerangka perubahan yang kita inginkan
ke depan.
Dalam
pandangan transformasi konflik, konflik adalah sesuatu yang normal dan selalu
ada dalam relasi social manusia. Berkaitan dengan hal itu, relasi social
tidaklah bersifat static, tetapi selalu akan bersifat dinamik dan adaptif.
Dengan demikian konflik akan memberikan dampak situasi kondisi dan dapat
merubah sesuatu menjadi sesuatu yang lain dalam berbagi bentuk dan dalam cara
yang berbeda. Seperti dikemukakan diatas, John Paul Lederach menawarkan untuk
melihat dan menganalisa perubahan tersebut dalam 4 dimensi level yang
berbeda. Empat dimensi perubahan tersebut yaitu perubahan ditingkat personal,
relasional, struktural, dan cultural (budaya) :
a. Personal.
Perubahan yang diakibatkan konflik dalam tingkat individu; baik mempengaruhi
secara emosional, pengetahuan, perilaku, dan spiritual.
b. Relasional.
Dalam dimensi ini, konflik mempengaruhi relasi social dimana didalamnya
terdapat hubungan antar elemen kekuasaan, kekuatan, saling ketergantungan, dan
cara komunikasi.
c. Struktural.
Dalam dimensi ini perubahan karena dampak konflik dapat dilihat berkaitan
dengan akar-akar (root causes) konflik dimana akan banyak berhubungan pula
dengan struktur ekonomi, politik, dan social.
d. Budaya.
Dalam dimensi perubahan akan dilihat dalam prespektif normative, dalam artian
berkaitan dengan nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat. Konflik dalam
level ini dianggap mempunyai pengaruh yang luat dalam mempengaruhi nilai-nilai
budaya yang ada dalam masyarakat dalam memandang konflik, dan cara-cara
penyelesaiannya.
Berkaitan dengan penjelasan diatas, suatu
program tranformasi konflik sebaiknya mempunyai arah pencapaian tujuan besar
dalam level dimensi yang berbeda.
a. Perubahan
Personal, Meminimalkan dampak destruktif yang ditimbulkan oleh konflik sosial
ditingkat individual dan memaksimalkan potensi berkembang yang ada ditingkat
individual untuk menjadi lebih baik; baik secara fisik, emosional,
intelektual, maupun secara spiritual.
b. Perubahan
Relasional, Mencoba untuk mengurai, memperbaiki, dan mempererat alur-alur
komunikasi antar individu yang tadinya terhenti atau belum berjalan dengan
baik, baik secara individu maupun kelompok sehingga muncul pemahaman yang
baik dan benar atas individu yang lain. Mencoba membangun hubungan antar
individu tanpa rasa takut dan prasangka yang berlebihan, dimana
didalamnya didasarkan atas hubungan keterikatan saling membutuhkan
(interdependensi) dan saling membawa harapan antara satu dan lainnya.
c. Perubahan
Struktural, Memahami dan mencoba menjawab permasalahan konflik yang menjadi
akar konflik dan mempengaruhi kondisi sosial yang memberikan ruang lebih besar
munculnya konflik yang mengarah kepada kekerasan. Mempromosikan mekanisme
penyelesaian konflik yang berprinsip pada anti kekerasan (non-violence),
berkesinambungan, dan bersifat partisipatif. Mengembangkan suatu struktur yang
sejalan dengan kebutuhan manusia akan keadilan dan memaksimalkan partisipasi
dari masyarakat dalam pengambilan keputusan yang membawa dampak terhadap
kehidupan mereka (keadilan secara procedural).
d. Perubahan
Kultural (Budaya), Mengidentifikasi/mengenali dan memahami pola budaya
yang ada dalam masyarakat yang memberikan kontribusi besar pada ekpresi
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
Mengenali dan mengembangkan sumber
daya dan mekanisme peacebuilding dalam menyelesaikan permasalahan konflik yang
ada, dimana didalamnya merupakan sebuah dasar budaya untuk merespon dan
menangani konflik secara konstruktif
Lederach
menawarkan alat untuk menganalisa konflik yang terjadi yaitu dengan
platform transformasi.
B. Proses
Transformasi Konflik Sosial
Transformasi konflik dimaknai sebagai
proses yang memosisikan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik aktif menempuh
pembelajaran bersama dan menciptakan cara-cara kreatif dalam menyelesaikan
konflik secara berkelanjutan (Manembu dan Alamsyah, 2006). Transformasi konflik
dimaknai sebagai kesempatan yang diberikan oleh kehidupan untuk menciptakan
perubahan sosial yang konstruktif agar dapat mengurangi kekerasan, meningkatkan
keadilan, dalam interaksi langsung dan struktur sosial, dan merespon masalah
manusia dalam hubungan kemanusiaan. Transformasi konflik tidak sekadar mengabdi
kepada teknikteknik yang spesifik, tetapi suatu cara untuk melihat konflik
secara utuh dalam relasi-relasi kemanusiaan.
C. Contoh
Transformasi Konflik Sosial
Di
dalam kehidupan sosial pasti ada konflik yang terjadi di dalam masyarakat.
Konflik sendiri bisa muncul di karenakan berbagai macam sebab dan salah satunya
adalah perbedaan pendapat yang sering kali membuat hubungan antar masyarakat
menjadi renggang. Perbedaan pendapat ini bisa berupa pilihan pemimpin daerah
maupun yang lainnya. Transformasi konflik adalah sebuah paham atau pendapat
jika seseorang seharusnya melihat konflik dari keseluruhan bukan dari satu
pihak saja. Karena dengan melihat konflik dari semua pihak maka akan di temukan
cara mengatasi konflik yang lebih adil dan mudah tentunya. Adapun contoh
transformasi konflik dalam sosiologi adalah sebagai berikut ini.
1. Perubahan
setiap individu menjadi pribadi yang lebih baik
Tujuan dari adanya transformasi konflik
adalah untuk mengatasi konflik dengan cara yang lebih baik. Jika biasanya konflik
selalu melibatkan emosi di dalamnya sehingga pertengkaran tidak bisa di
hindarkan maka dengan adanya transformasi konflik ini maka pertikaian bisa di
cegah. Inilah perbedaan kejahatan dengan kriminal. Dengan adanya transformasi
konflik ini maka setiap individu yang terkena konflik dengan orang lain maka
akan lebih bisa menyikapinya dengan lebih baik. Perubahan yang terjadi pada
seseorang ini bisa berupa kondisi mental maupun perubahan kondisi fisiknya.
Faktor-faktor penyebab terjadinya kriminalitas yang harus di ketahui.
2. Hubungan
masyarakat semakin baik
Konflik yang terjadi di dalam masyarakat
tidak hanya bisa berakibat buruk pada di sendiri saja namun juga bisa berdampak
pada orang lain. Contohnya jika Anda terlibat pertengkaran dengan orang lain
karena perbedaan pendapat maka hubungan Anda dan orang tersebut tidak lagi
seharmonis dulu. Beberapa kelebihan dan kekurangan konsiliasi yang sangat
penting. Jika hal tersebut di biarkan maka bisa menyebar ke kelompok masyarakat
yang lebih luas. Tetapi jika transformasi konflik sudah di berlakukan di dalam
masyarakat maka konflik yang terjadi bisa di tangani dengan lebih baik. Bahkan
setiap masyarakat akan memiliki rasa tolerasnsi yang lebih baik. Ini pengertian
subordinasi dalam hukum.
3. Munculnya
keadilan secara prosedural
Di Indonesia masih sangat jarang sekali
penyelesaian sebuah konflik dengan berdasarkan keputusan bersama oleh anggota
masyarakat. Biasanya penyelesaian konflik berdasar pada keputusan satu kelompok
saja dan mengakibatkan permasalahan baru bagi kelompok lain yang tidak menyukai
penyelesaian tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum dan
harus di ketahui. Semenjak munculnya transformasi konflik di Indonesia maka
penyelesaian sebuah konflik yang terjadi di masyarakat sudah di dasarkan pada
keputusan bersama oleh semua masyarakat bukan hanya keputusan satu kelompok
masyarakat saja. Jadi keadilan bisa lebih di dapatkan dan juga di rasakan.
Inilah permasalahan hukum di Indonesia yang harus di pelajari.
4. Perubahan
di kebudayaan
Jika dulu sebuah kekerasan pada orang yang
salah adalah hal yang biasa saja karena memang budaya yang di miliki oleh nenek
moyang seperti itu. Namun saat ini sejak adanya transformasi konflik dalam
sosiologi maka kekerasan adalah hal yang sangat di larang untuk menyelesaikan
sebuah pertikaian. Daftar negara yang menganut demokrasi proletar di seluruh
dunia. Nah itu tadi beberapa contoh transformasi konflik dalam sosiologi.
Sumber :
Langkah bermain kincir konflik:
1.
Kincir berisikan angka 1-9
2.
Kincir diputar searah dengan jarum
jam
3.
Tunggu sampai kincir berhenti dan
anak panah menunjukkan angka yang terdapat pada kincir
4.
Setelah berhenti pada salah satu
angka, kemudian diberikan soal yang telah disediakan sesuai dengan angka yang
ditunjuk oleh anak panah.
Misalnya anak panah menunjuk
angka 5 maka soal yang diberikan juga soal bernomor 5 dan seterusnya.
5.
Kemudian soal yang telah
didapatkan didiskusikan dan diberikan paparan jawaban yang benar
0 komentar:
Posting Komentar